Stasiun-nya Pekalongan

Naik kereta api,
Tuuuuuuuutt...Tuuuuuuuuuuut..Tuuuuuuuuuttt....
Siapa hendak turut?


Wah, 
Masih inget lagu anak-anak yang itu?
Yaps, lagu yang berhubungan dengan salah satu transportasi umum populer di Indonesia, yakni kereta api.

Kalo mau naik kereta, pasti kita harus dateng ke stasiun dan beli tiket disana ya, Guys..
Nggak mungkin banget kalo kita mau naik kereta api tapi kita berdiri di depan halte.
Wkwkwk..

Ehmm, ngomongin stasiun, di Kota Pekalongan juga ada stasiun.
Jadi kalian nggak perlu bingung kalo pengen bepergian menggunakan kereta. 
Tapi, kalian tau nggak sih, serba-serbi tentang Stasiun Kota Pekalongan?

Kalo belum tau, 
yuk simak ulasan kita kali ini..
Selamat membaca, Guys..

Source : Google

Stasiun Pekalongan merupakan stasiun kereta api kelas besar yang terletak di Bendan Kergon, Pekalongan Barat, PekalonganStasiun yang terletak pada ketinggian +4 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi IV Semarang dan berada di tempat yang sangat strategis karena persis berada di pinggir Jalan Pantura yang melintasi Kota Pekalongan. Stasiun ini memiliki enam jalur kereta api dengan jalur 2 dan 3 sebagai sepur lurus.

Bangunan Stasiun Pekalongan ini merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda. Sebelum stasiun ini dibangun, terlebih dulu dilakukan pembangunan jalur trem uap Semarang-Kaliwungu-Kendal-Kalibodri-Weleri-Pekalongan. Pembangunan jalur tersebut dimulai pada tahun 1897 dan selesai pada tahun 1898 oleh Semarang-Cheribon Stoomtram-Maatschappij (SCS). SCS merupakan salah satu perusahaan trem di Hindia Belanda yang mendapat konsensi dari tahun 1897 hingga 1914 untuk membangun jalur kereta api sejauh 388 kilometer yang menghubungkan Semarang dengan Cirebon sampai Kadhipaten di ujung barat. Setelah selesai jalurnya, barulah didirikan beberapa stasiun yang ada di sepanjang jalur rel kereta api tersebut, di antaranya adalah Stasiun Pekalongan ini, yang dibuka untuk umum pada tanggal 1 Februari 1899. Sepanjang tahun-tahun awal operasional stasiun,penggunaannya lebih banyak ditujukan untuk tempat mengumpulkan hasil panen tanaman ekspor sebelum dikirim ke pelabuhan Semarang.


Adanya peningkatan jalur trem yang dilakukan pada tahun 1912 sampai dengan tahun 1921, dilakukan renovasi besar-besaran yang akhirnya membuat stasiun yang tadinya hanya terdiri bangunan utama berbentuk limasan menjadi gedung stasiun seperti sekarang ini. Peningkatan jalur trem tersebut juga berlanjut hingga tahun 1936 menjadi jalur kereta api kelas 1 (spoorweg 1e klasse). 

Desain stasiun lama (1899 – 1919) saat itu lebih mengutamakan fungsi bangungan tanpa adanya ukiran-ukiran atau ornamen unik lainnya. Sebelum direnovasi, bangunan utama hanya terdiri dari ruang administrasi stasiun yang terbuat dari bangunan bata sederhana dengan atap genteng dan kanopi kayu untuk tempat penumpang dan bongkar barang.

Sedangkan arsitektur pada gedung baru dibuat untuk penyambutan yang lebih ramah kepada penumpang, kanopi yang menaungi peron penumpang dibuat berbahan genteng merah. Tutupan samping kanopi tidak berubah bentuknya, tetapi ditambah delapan belas jendela kotak kaca selain menimbulkan kesan modern juga sebagai ventilasi cahaya agar suasana dibawah kanopi lebih terang. Peresmian stasiun baru Pekalongan diselengggarakan pada tahun 1919.


Desain bangunan-bangunan di bawah kanopi itu masih ada pengaruh gaya yunani kuno, tetapi lebih banyak bernuansa “Art Nouveau”  yaitu sederhana dan sedikit ornamen. 


Dulu, dari Stasiun Pekalongan ini terdapat 2 percabangan jalur kereta api, yaitu yang ke arah utara menuju ke pelabuhan dan yang ke selatan ke arah Wonopringgo. Jalur rel yang menuju ke pelabuhan (havensporen) ini memiliki panjang sekitar 4 kilometer dan dikerjakan oleh SCS pada tahun 1899, sehingga Pekalongan pada saat itu sudah mempunyai pelabuhan dengan standar pergudangan yang terkoneksi dengan kereta api (haven- en pakhuisspoor). Tapi sekarang jalur tersebut sudah tidak aktif lagi. Sedangkan, jalur rel Pekalongan-Kedungwuni-Wonopringgo yang mengarah ke selatan baru dibangun pada tahun 1916 oleh SCS. Jalur ini dulunya digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan yang berada di lereng Gunung Prahu menuju ke Pekalongan. Namun sayang, jalur ini telah rusak (opgebroken) yang diakibatkan oleh pembongkaran pasukan Jepang saat berkecamuknya Perang Dunia II.

Stasiun Pekalongan ini tergolong sebagai stasiun kelas besar, yang memiliki 3 jalur dengan jalur 2 dan 3 sebagai sepur lurus arah barat menuju ke Sragi, dan yang ke timur menuju ke BatangKarena letaknya yang cukup strategis, stasiun ini banyak dilewati dan disinggahi oleh sejumlah kereta api, baik kelas ekonomi, bisnis maupun eksekutif. 

Selain untuk penumpang, Stasiun Pekalongan juga tetap melayani angkutan barang termasuk kereta api lintas cabang dari daerah gula Wonopringgo yang dikirim langsung ke Semarang. Sedangkan jalur-jalur angkutan lori barang sepur sempit (600 mm) dari pelosok karesidenan terpisah dari peron penumpang.

Salah satu keunikan yang dimiliki oleh stasiun ini adalah pemutaran lagu instrumental Nyidam Sari (sama seperti Stasiun Bojonegoro) pada saat kedatangan kereta api. Stasiun ini juga mempunyai Sub Dipo Lokomotif dan Gudang Logistik yang terletak di sebelah selatan.

Layanan Kereta Api
Penumpang

Kelas eksekutif

  • Argo Bromo Anggrek (jadwal pagi), tujuan Jakarta dan tujuan Surabaya
  • Argo Muria (reguler dan tambahan), tujuan Jakarta dan tujuan Semarang (khusus jadwal tambahan terkadang juga ditambahkan kelas ekonomi AC plus)
  • Argo Sindoro (reguler dan tambahan), tujuan Jakarta dan tujuan Semarang (khusus jadwal tambahan terkadang juga ditambahkan kelas ekonomi AC plus)
  • Sembrani (reguler dan tambahan), tujuan Jakarta dan tujuan Surabaya
  • Bangunkarta, tujuan Jakarta dan tujuan Surabaya via Solo-Madiun

Kelas campuran

  • Harina, tujuan Cikampek bersambung Bandung dan tujuan Surabaya (eksekutif-bisnis-ekonomi AC)
  • Gumarang, tujuan Jakarta dan tujuan Surabaya (eksekutif-bisnis-ekonomi AC)
  • Ciremai, tujuan Cikampek bersambung Bandung dan tujuan Semarang (eksekutif-bisnis)

Kelas ekonomi AC premium

  • Tawang Jaya Premium, tujuan Jakarta dan tujuan Semarang (Poncol atau Tawang)
  • Mantab Premium, tujuan Jakarta dan tujuan Madiun via Solo

Kelas ekonomi AC plus

  • Majapahit, tujuan Jakarta dan tujuan Malang via Solo-Madiun
  • Jayabaya, tujuan Jakarta dan tujuan Malang via Surabaya
  • Menoreh, tujuan Jakarta dan tujuan Semarang
  • Kamandaka, tujuan Purwokerto via Tegal-Slawi dan tujuan Semarang (khusus hari Sabtu-Senin ditambahkan kelas eksekutif)

Kelas ekonomi AC

  • Matarmaja (reguler dan tambahan), tujuan Jakarta dan tujuan Malang via Solo-Madiun
  • Brantas (reguler dan tambahan), tujuan Jakarta dan tujuan Blitar via Solo-Madiun
  • Kertajaya (reguler dan tambahan), tujuan Jakarta dan tujuan Surabaya
  • Tawang Jaya (reguler dan tambahan), tujuan Jakarta dan tujuan Semarang

Lokal ekonomi AC plus

  • Kaligung, tujuan Tegal-Brebes dan tujuan Semarang

Papasan dan Persusulan

  • KA Menoreh tujuan Semarang (KA 150) disusul KA Argo Bromo Anggrek tujuan Surabaya (KA 4) yang melintas langsung
  • KA Tawang Jaya Premium tujuan Jakarta Pasar Senen (PLB 7043) disusul luar biasa oleh KA Argo Bromo Anggrek tujuan Jakarta Gambir (KA 3) yang melintas langsung

Source :
http://kekunaan.blogspot.co.id/2017/04/stasiun-kereta-api-pekalongan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Pekalongan
https://situsbudaya.id/seejarah-stasiun-kereta-api-pekalongan/
(degan penyesuaian)

Nah, itu dia sedikit serba-serbi Stasiun Pekalongan.
Jadi, pengen naik kereta nggak nih?
Buruan ke stasiun sekarang..

Semoga bermanfaat ya, Guys..
Sampai jumpa di artikel menarik berikutnya..

Salam Pelajar Berkemajuan!

3 komentar:

  1. Keren dah. Ternyata staisun penting juga pada jamannya (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampai sekarang juga masih penting, tuh..

      Thank's for comment Kak #MUHAMMAD NATSIR
      _@

      Hapus